Kamis, 19 April 2012

orang yang mendapat syafaat di hari kiamat

Pada hari Kiamat nanti, tidak ada yang dapat menolong seorang hamba, kecuali Allâh Ta'âla, kemudian amal-amal shalih yang dikerjakan seorang hamba, serta syafa’at Nabi Muhammad shallallâhu 'alaihi wasallam.
Berikut ini kiat-kiat yang dapat dilakukan seorang muslim untuk mendapatkan syafa’at, yaitu :

1.
Tauhid dan Mengikhlaskan Ibadah Kepada Allâh Ta'âla Serta Ittiba’ Kepada Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam.





Tidak diragukan lagi bahwa tauhid sebagai penyebab yang paling besar untuk mendapatkan syafa’at pada hari Kiamat. Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam pernah ditanya:
“Siapakah orang yang paling bahagia dengan syafa’atmu pada hari Kiamat?”
Nabi menjawab :
hadits
“Yang paling bahagia dengan syafa’atku pada hari Kiamat adalah, orang yang mengucapkan Laa ilaahaa illallaah
dengan ikhlas dari hatinya atau dirinya”.
(HR Bukhari, no. 99)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullâh berkata :
“Syafa’at, sebabnya adalah tauhid kepada Allâh, dan mengikhlaskan agama dan ibadah dengan segala macamnya kepada Allâh. Semakin kuat keikhlasan seseorang, maka dia berhak mendapatkan syafa’at. Sebagaimana dia juga berhak mendapatkan segala macam rahmat. Sesungguhnya, syafa’at adalah salah satu sebab kasih sayang Allâh kepada hambaNya. Dan yang paling berhak dengan rahmatNya adalah ahlut tauhid dan orang-orang yang ikhlas kepadaNya. Setiap yang paling sempurna dalam mewujudkan kalimat ikhlas (laa ilaahaa illallaah) dengan ilmu, keyakinan, amal, dan berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan, loyal kepada kalimat tauhid, memusuhi orang yang menolak kalimat ini, maka dia yang paling berhak dengan rahmat Allâh." (Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, XIV/414 dengan ringkas).
2.
Membaca al Qur‘an





Dari Abi Umamah bahwasanya dia mendengar Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda :
hadits
"Bacalah al Qur‘an.
Sesungguhnya al Qur‘an akan datang pada hari Kiamat
sebagai pemberi syafa’at bagi sahabatnya…"
(HR Muslim, no.804)

Yang dimaksud dengan 'para sahabat al Qur‘an', adalah orang-orang yang membacanya, mentadabburinya, dan mengamalkan isinya.
3.
As-Shiyâm (Puasa)





Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda :
hadits
As-Shiyam (puasa) dan al Qur‘an akan memberi syafa’at
kepada seorang hamba pada hari Kiamat kelak.
Puasa akan berkata :
“Wahai, Rabbku.
Aku telah menahannya dari makan pada siang hari dan nafsu syahwat. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya”. Sedangkan al Qur‘an berkata :
“Aku telah menahannya dari tidur pada malam hari.
Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya”. Maka keduanya pun memberi syafa’at.
(HR Ahmad, II/174; al Hakim, I/554; dari Abdullah bin ‘Amr.
Sanad hadits ini hasan.
Hadits ini dishahihkan oleh al Hakim
dan disetujui oleh Imam adz Dzahabi.
Kata Imam al Haitsami, diriwayatkan oleh Ahmad
dan Thabrani dalam Mu’jam Kabir.
Rijal hadits ini rijal shahih. Lihat Majma’uz Zawaid III/181. Dishahihkan oleh al Albani dalam Tamamul Minnah, hlm. 394)
4.
Doa Setelah Adzan





Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda :
hadits
Barangsiapa yang membaca ketika mendengar adzan :

‘Ya Allâh, Rabb pemilik panggilan yang sempurna ini
dan shalat (wajib) yang didirikan.
Berilah al wasilah (derajat di surga), dan keutamaan kepada
Muhammad (shallallâhu 'alaihi wasallam), dan bangkitkan beliau,
sehingga bisa menempati maqam terpuji yang engkau janjikan’.
Maka dia berhak mendapatkan syafa’atku pada hari Kiamat”.
(HR Bukhari no.614, dari Jabir bin Abdillah)



5.
Tinggal di Madinah, Sabar Terhadap Cobaannya, dan Mati di Sana.





Abu Sa’id pernah mendengar Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda :
hadits
Tidaklah seseorang sabar terhadap kesusahannya (Madinah)
kemudian dia mati,
kecuali aku akan memberikan syafa’at padanya,
atau menjadi saksi baginya pada hari Kiamat, jika dia seorang muslim.
(HR Muslim, no.1374, 477; dari Abu Sa’id al Khudri)
hadits
Tidaklah seseorang dari umatku sabar terhadap cobaan Madinah
dan kesusahannya,
kecuali aku akan memberikan syafa’at padanya
atau menjadi saksi baginya pada hari Kiamat.
(HR Muslim, no.1378, 484; dari Abu Hurairah)
hadits
Barangsiapa yang ingin mati di Madinah, maka matilah disana.
Sesungguhnya aku akan memberi syafa’at bagi orang yang mati disana.
(HR Ahmad, II/74,104; Tirmidzi, no.3917; Ibnu Majah, no.3112;
Ibnu Hibban, no. 3741, dari Ibnu Umar. Tirmidzi berkata:
“Hadits ini hasan shahih”)



6.
Shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam





Dari Ibnu Mas’ud radhiyallâhu'anhu, bahwasannya Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda :
hadits
Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku
pada hari kiamat adalah, yang paling banyak shalawat kepadaku.
(HR Tirmidzi, no.484, Hadits Hasan)



7.
Shalatnya Sekelompok Muslim Terhadap Mayit Muslim.





Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda :
hadits
Tidaklah seorang mayit dishalatkan oleh sekelompok orang Islam
yang jumlah mereka mencapai seratus,
semuanya memintakan syafa’at untuknya,
melainkan syafa’at itu akan diberikan pada dirinya.
(HR Muslim, no.947, 58)
hadits
Tidaklah seorang muslim meninggal dunia,
lalu jenazahnya dishalatkan oleh empat puluh orang
yang tidak menyekutukan Allâh dengan sesuatu apapun,
melainkan Allâh akan memberikan syafa’at kepadanya.
(HR Muslim, no.948, 59)



8.
Memperbanyak Sujud





Dari Rabi’ah bin Ka’ab al Aslami, dia berkata:
“Aku pernah bermalam bersama Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam, lalu aku mendatangi beliau sambil membawa air untuk wudhu’ beliau. Kemudian beliau berkata kepadaku :
’Mintalah!’
Aku berkata :
’Aku minta untuk dapat menemanimu di surga.’
kemudian beliau berkata :
‘Atau selain itu?’
Aku berkata :
’Itu saja.’
Lalu beliau shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda :
hadits
"Tolonglah aku atas dirimu dengan banyak bersujud”
(HR Muslim, no.489, 226)
Demikianlah delapan faktor yang bisa menjadi penyebab seseorang mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad shallallâhu 'alaihi wasallam. Mudah-mudahan kita termasuk orang yang mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad pada hari Kiamat, bila kita mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allâh dan ittiba’ (mengikuti contoh) Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam.